Tuesday, January 22, 2008

Infertilitas

Preface

Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak yang hidup.
Disebut infertilitas primer jika istri belum pernah hamil walau pun bersenggama secara teratur (2-3 kali per minggu) dan dihadapkan kepada kemungkinan hamil (tidak memakai metode pencegahan) selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri pernah hamil akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walau pun bersenggama secara teratur dan dihadapkan pada kemungkinan hamil selama 12 bulan. Seperti misalnya suatu pasangan yang sudah memiliki anak, kemudian memakai kontrasepsi, namun setelah kontrasepsi tersebut dilepas selama lebih dari satu tahun belum juga hamil.

Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan adalah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, maka makin turun kejadiannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.

Etiology

Dilihat dari suami, faktor yang berperan menyebabkan infertilitas suatu pasangan sebesar 25-40%, factor dari istri sebesar 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik sebanyak 10%. Pada tahun 1970-an, Steinbenger & Steinbenger dan Sherins mengemukakan pada pasangan infertil, masing-masing anggota pasangan mungkinakan menjadi fertil bila berpasangan dengan orang lain. Pada kenyataannya dapat kita lihat, kalau pasangan infertile bercerai, masing-masing kawin lagi, kemudian masing-masing dari mereka mendapatkan keturunan. Jadi, setiap anggota pasangan infertil mempunyai potensi fertilitas tertentu, jumlah keduanya menentukan kapasitas pasangan itu untuk mendapat keturunan. Dengan demikian, perbaikan potensi fertilitas dari salah satu anggota pasangan dapat menghasilkan kehamilan.

Jadi, seandainya seorang suami dengan potensi S menikah dengan seorang istri dengan potensi fertilitas I, maka kapasitas potensi fertilitas pasangan tersebut adalah (S+I). Seandainya nilai ambang pasangan untuk menjadi hamil adalah F, maka jika kapastas fertilitas pasangan (S+I) lebih kecil daripada nilai ambang kehamilan (F), maka pasangan itu akan mengalami infertilitas. Jika (S+I) lebih besar daripada F, maka pasangan tersebut akan mengalami kehamilan. Pengobatan salah satu anggota pasangan infertile pada hakikatnya meningkatkan potensi fertilitas anggota pasangan infertil tersebut, sehingga potensi fertilitas pasangan dengan sendirinya akan dapat ditingkatkan.

Pemeriksaan Pasangan Infertil

Setiap pasangan infertile harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Ada pun syarat-syarat pemeriksaan infertilitas:

1. Istri yang berumur antara 20 hingga 30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 12 bulan.

2. Istri yang berumur antara 30 hingga 35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu dating ke dokter.

3. Istri pasangan infertilitas yang berumur antara 35 hingga 40 tahun hanya diperiksa infertilitasnya apabila belum mendapat anak dari pernikahan ini.

4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri atau anaknya.

Terdapat beberapa masalah yang perlu diperhatikan dalam menangani masalah-masalah infertilitas, di antaranya adalah:

1. Masalah air mani
Pada pemeriksaan air mani, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari karakteristiknya, yaitu:

- Warna, biasanya berwarna putih keruh
- Bau yang khas (akasia)
- pH, yang normal berkisar 7,2-7,8
- Volume, sekitar 2-5 mL
- Viskositas, yaitu antara 1,6-6 centipose
- Jumlah sperma, kira-kira 20 juta/mL
- Sperma motil, lebih dari 50%
- Bentuk normal, lebih dari 60%
- Kecepatan gerak (velositas) sperma antara 0,8-1,2 detik
- Persentase gerak sperma motil lebih dari 60%
- Aglutinasi tidak ditemukan
- Sel-sel selain sperma tidak ada atau sedikit sekali
- Uji fruktosa yang positif

2. Masalah vagina
Kemampuan vagina menyampaikan air mani ke dalam sekitar serviks perlu untuk fertilitas. Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian ini adalah sumbatan atau peradangan. Sumbatan bisa psikogenik atau karena kelainan anatomik. Vaginitis dapat menjadi masalah bukan karena efek spermisidalnya, namun karena efek antisenggamanya.

3. Masalah serviks
Infertilitas yang berhubungan dengan factor serviks dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis servikalis, lender serviks yang abnormal, malposisi serviks, atau kombinasinya. Selain itu juga terdapat berbagai kelainan anatmi yang berperan pada timbulnya infertilitas. Untuk masalah serviks, terdapat beberapa uji, yaitu uji pasca senggama (mengetahui ada/tidaknya sperma yang melewati seviks, dilakukan 6 jam pasca senggama), uji gelas obyek, serta uji kontak air mani dengan lender serviks.

4. Masalah uterus
Kontraksi vagina dan uterus memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa ke dalam tuba. Pasa manusia, oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus yang tidak hamil, akan tetapi prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus berkontraksi secara ritmik. Ternyata, prostaglandin-lah yang memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa ke dalam uterus dan melewati penyempitan pada batas uterus dan tuba itu. Selain itu, uterus menjadi sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir masa proliferasi dan permulaan fase sekresi. Masalah lain yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui uterus adalah distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma, atau polip, peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi uterus. Dalam menilai ada tidaknya masalah pada uterus, dapat dilakukan berbagai pemeriksaan seperti biopsi endometrium (mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hari sebelum haid (siklus 28 hari). Kontra indikasi: hamil, infeksi pelvic, atau servisitis), histerosalpingografi, serta histeroskopi.

5. Masalah tuba
Faktor tuba merupakan salah satu faktor yang paling sering ditemukan dalam infertilitas. Penilaian patensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting. Terdapat beberapa cara pemeriksaan, seperti pertubasi, histerisalpingografi, serta laparoskopi.

6. Masalah ovarium
Deteksi ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadi pun dapat menyebabkan infertilitas. Terdapat beberapa pemeriksaan seperti perubahan lender serviks, pencatatan suhu basal tubuh, sitologi vagina (pemeriksaan usap forniks lateral vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina akibat hormone). Serta biopsi endometrium

Penanganan Infertilitas

Penanganan infertilitas tentunya bergantung pada penyebabnya. Apabila terdapat air mani abnormal, maka dicari penyebabnya apakag akibat dari varikokel, sumbatan, infeksi, defisiensi gonadotropin, atau hiperprolaktinemia. Kalau infertilitas ternyata ada hubungannya dengan tuba yang tersumbat, maka pengobatan saja sangat sedikit membawa hasil. Istri dengan riwayat infeksi panggul yang berulang dapat dicoba dengan pemberian antibiotik jangka panjang. Endometriosis pada tuba dapat diobati dengan pil KB, progesterone, atau danazol yang diberikan terus menerus atau berselang-seling. Dalam hal memutuskan pembedahan, pasangan yang bersngkutan harus memikirkan terlebih dahulu keberhasilannya serta bagaimana reaksi mereka bila gagal sama sekali. Indikasi pembedahan tuba adalah tersumbatnya seluruh atau sebagian tuba, tekukan tuba yang patologis, sakulasi tuba, perlekatan pertubular dan periovarial khususnya untuk membebaskan gerakan tuba dan ovarium. Pembedahan tuba tidak dilakukan kalau analisis sperma suaminya bnormal, serta adanya penyakit pada istri yang tidak membolehkannya untuk hamil.

Pada pasien dengan endometriosis terdapat beberapa pilihan yaitu menunggu sampai kehamilan terjadi, pengobatan hormonal, atau pembedahan konservatif. Dengan cara pertama didapatkan angka keberhasilan sampai 65%. Tentu saja umur pasen serta lamanya infertilitas harus menjadi pertimbangan dengan cara ini. Sementara cara kedua memerlukan waktu lama san tidak selalu menyembuhkan endometriosis, kebanyakan hanya menekanuntuk beberapa waktu saja. Oleh karena itu pada pasien yang sudah lama infertilitasnya dianjurkan untuk melakukan pembedahan konservatif.

Kepustakaan
Sumapraja, S. Infertilitas. Dalam:Ilmu Kandungan. YBP-SP. Jakarta: 1999.
Mansyur, A (et al). Infertilitas. Dalam:Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta: 2004.

2 comments:

Anonymous said...

mam tolong di isi rujukannya dong biar lebih meyakinkan

imam said...

sip, bro, udah ditambahin, tuh.